Minggu, 29 November 2015

Cerpen Pelanggaran Etika Oleh Seorang Auditor (Chapter 3)



“Aku keterima jadi Auditor di KAP tempat temen kaka kerja, yang waktu itu ka Putra certain ke aku. Aku jadi Auditor sekarang dan besok aku sudah mulai dapat bekerja disana. Aku senang sekali akhirnya apa yang aku inginkan saat ini udah aku raih. Aku mau bilang makasih ke Ibu karena telah menyadarkanku dan Kaka yang udah ngasih info lowker saat itu dan tentunya ke Ayah dan Ade Ayana yang selalu ngasih support ke aku yang tiada henti. Aku senang menjadi anggota keluarga ini. Sungguh aku senang sekali.” Ucapku yang sedang kegirangan.

“Widiiiiiiiiiw, akhirnya De keterima juga disitu, alhamdulillah. Mulai kapan aktif disana?” Tanya kaka dengan antusias.

“Iya Alhamdulillah banget, aku juga senang sekali. Aaaaaaaaaaaaaa ini semua juga berkat kamu ka, aku jadi bisa menjadi bagian dari KAP itu. Entahlah rasanya bagaikan terbang, tak dapat ku ungkapakan. Yang ku tunggu-tunggu akhirnya kini ada di depan mata.”

“Ini semua baru awal De, setelah ini mungkin akan ada hal yang lebih berat yang akan kamu hadapi, kamu harus bisa tahan banting, karena mungkin kerjaanmu kini tak seringan yang kemarin-kemarin. Setiap pekerjaan memiliki risiko di setiap bidangnya, kamu harus mempersiakan itu semua. Jangan lupa shalat, makan dan jaga kesehatan ketika nanti pekerjaanmu sudah mulai padat merayap.” Wejangan dari Ayah yang tak mungkin aku lupakan, karena aku percaya bahwa apa yang dikatakan orang tua adalah salah satu doa dan hal yang pernah mereka alami sebelumnya sehingga mereka tidak ingin anak-anaknya mengalami hal buruk serupa yang telah mereka lalui. Iya aku percaya akan hal itu.

“Mungkin ini emang baru awal kamu memulai karir-mu dari nol kembali, tapi percayalah seperti yang telah ibu katakana sebelumnya atau bahkan yang sering ibu ucapkan kepadamu bahwa hasil tidak akan mengkhianati prosesnya, jadi nikmati saja prosesnya dan kamu akan memetik hasilnya.” Wejangan dari ibu yang tak kalah dalam menyentuh hati.

“Kalo aku sih ga bisa ngasih wejangan ka Der, aku cuma bisa bilang yah mulai sekarang gada gojek lagi deh dari rumah, gada temen nge-es krim lagi kalo aku gabut di kampus, gada yang selalu standby 24jam lagi deh di samping aku hahaha.” Canda Ayana, ya Ayana termasuk orang yang tidak bisa memperlihatkan rasa kasih sayangnya kepada keluarganya sendiri, dia memiliki cara tersendiri untuk menyayangi keluarganya dengan tidak memperlihatkan secara langsung. Sehingga terjadi percakapan semacam ini Ayana selalu memilih untuk menjawab dengan sedikit candaan. 

“Kalo aku sih YES De and welcome to jungle De, haha” kata Ka Putra yang tak adanya bedanya dengan Ayana.

Dan percakapan singkat kami malam itu pun diakhiri dengan makan malam yang penuh dengan wejangan dan candaan.

-Welcome to The Jungle­-
Tepat di hari pertama aku menjadi auditor, terdapat tempat yang terasa menyeramkan bagiku namun dihati kecilku aku antusias sekali untuk segera masuk ke dalam ruangan tersebut. Menyeramkan disini bukan karena angker, bukan karena banyak setannya atau hal-hal yang menyeramkan lainnya. Tempat yang aku maksud kali ini adalah sebuah ruangan kerja, waktu pertama kali mau masuk rasanya itu seperti sedang mengantri main hysteria di Dufan, belum main udah tegang dan histeris duluan.

Setelah lama berdiri di depan pintu aku mengambil keputusan untuk melangkah ke dalam ruangan, dan semua mata yang berada di dalam ruangan itu tertuju kepadaku. Cukup mengerikan dan menyenangkan. Pernah masuk Istana Boneka di Dufan? Rasanya mirip seperti itu.

 “Auditor baru tuh….” Seru seseorang yang berada di dalam ruangan itu.

“Dera? Adenya Putra ?” Tanya seseorang yang mengagetkanku.

“Iya betul, maaf ko tau ?” Tanya ku bingung.

“Oh ya perkenalkan nama saya Rio, saya temannya Putra. Kebetulan tadi pagi Putra mengabari saya bahwa kamu keterima disini. Maaf kalo saya tiba-tiba mengagetkanmu.”

“Oh ini yang temannya Ka Putra. Makasih ka info dari kaka yang membawa aku kesini hehe.”

Perkenalan singkat itu dilanjuti dengan aku dibimbing untuk mengerjakan tugas-tugas ku. 1 tahun aku bekerja sebagai auditor dengan di damping ka Rio aku sudah memeriksa laporan keuangan dari beberapa perusahaan dan sejauh ini tidak ada kendala yang berarti. Laporan-laporan keuangan yang diberikan kepadaku untuk diperiksa tidak ada yang menunjukkan kejanggalan. Aku menikmati pekerjaan ku ini dengan nyaman hingga aku di panggil oleh Atasan ku. Aku mendapatkan tugas untuk mengaudit laporan keuangan PT Alam Sejahtera yang berada di Bandung. Aku di tugaskan dengan Ka Rio dan 2 rekan lainnya yaitu Ka Sandra dan Ka Azka. Aku pun menerima tugas tersebut.

Kami berangkat menuju Bandung bersama dari Jakarta, selama di perjalanan Ka Sandra dan Ka Azka menggodaku dengan mengakatakan “Berasa double date nih kita.”

“Double date gimana ka? Ah kaka ini nagco aja ngomongnya. Hehehe.” Jawabku dengan santai.

“Iya bener double date, aku sama Sandra kamu sama Rio.”  Kata ka Azka yang tak mau kalah meledek kami.

“Hai kalian jangan memulai gosip deh, nanti di gosok makin sip kan bahaya.” Jawab ka Rio.

“Haha ngaku aja kenapa io kalo ada rasa sama Dera, udah kenal juga kan sama kakanya? Bisalah lancar itu mah.” Lanjut ka Sandra.

“Kalian suka ada-ada aja deh, aku sama Ka Rio enggak ada apa-apa, kita cuma sebatas teman kerja dan enggak lebih, yak an ka io?” Jawabku.

“Haha dera dera, ucapan Sandra sama Azka aja di seriusin, biarkan saja mereka memang begitu. Udah kita ke Bandung itu untuk kerja memeriksa laporan keuangan PT Alam Sejahtera yang katanya Bos sih ada yang tidak beres.” Jawab Rio untuk mengalihkan topik pembicaraan.

“Itu udah yakin io kalo laporan keuangan perusahaan itu ada yang enggak beres? Laporan keuangan yang sebelumya aku yang periksa dengan 3 rekan lainnya menyatakan bahwa keadaanya masih baik-baik saja.” Jawab Azka.

“Aku juga tidak tahu pasti ka, kita lihat saja nanti bagaimana keadaan laporan keuangan perusahaan tersebut pada saat ini.” Timpal Rio.
Selama dalam perjalanan menuju Bandung, aku telah menduga-duga sendiri, sebenarnya bagaimana keadaan laporan keuangan yang sesungguhnya terjadi pada perusahaan tersebut, apakah benar terjadi kejanggalan atau malah sebaliknya? Aku tidak dapat memastikannya hingga aku memeriksa langsung. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar