Kamis, 15 Oktober 2015

Gambaran Umum Etika



Beberapa pengertian ETIKA menurut para ahli, diantaranya yaitu :



No
Nama
Tahun
Keterangan
1
Abdullah
dalam buku yang berjudul Pengantar Studi Etika  (2006:4)
Menjelaskan arti kata etika berdasarkan etimologinya yang berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang bermakna kebiasaan atau adat-istiadat.
2
Aristoteles
-
Mengemukakan etika kedalam dua pengertian yakni: Terminius Technicus & Manner and Custom. Terminius Technicus ialah etika dipelajari sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu problema tindakan atau perbuatan manusia. Sedangkan yang kedua yaitu,  manner and custom ialah suatu pembahasan etika yang terkait dengan tata cara & adat kebiasaan yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human nature) yang sangat terikat dengan arti “baik & buruk” suatu perilaku, tingkah laku atau perbuatan manusia.
3
Asmaran
dalam Etika Profesi Hukum (2006)
Etika adalah studi mengenai tingkah laku manusia, tidak hanya menentukan kebenaran-kebenarannya sebagaimana adanya, tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan dari seluruh tingkah laku manusia.
4
Bertens
dalam Etika seri Filsafat Atma Jaya (1993:4)
Memaparkan pengertian etika dalam dalam bentuk jamak ta etha yang juga berarti adat kebiasaan.
5
Dr. James J. Spillane SJ
dalam Etika Profesi Hukum (2006)
Etics atau etika memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusan moral. Etika mengarah atau menghubungkan penggunaan akal budi individual dengan objektivitas untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain.
6
Drs. H. Burhanudin Salam
-
Mengungkapkan bahwa etika ialah suatu cabang ilmu filsafat yang berbicara tentang nilai -nilai dan norma yang dapat menentukan perilaku manusia dalam kehidupannya.
7
Drs. O.P. Simorangkir
-
Menjelaskan bahwa etika ialah pandangan manusia terhadap baik dan buruknya perilaku manusia.
8
Drs. Sidi Gajabla
-
Menjelaskan etika sebagai teori tentang perilaku atau perbuatan manusia yang dipandang dari segi baik & buruknya sejauh mana dapat ditentukan oleh akal manusia.
9
Hamzah Yacub
dalam Etika Profesi Hukum (2006)
Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dan memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.
10
Katsoff
-
Etika sebenarnya lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan tingkah laku manusia.
11
Riady
dalam Filsafat Kuno dan Manajemen Modern  (2008:189)
Menjelaskan bahwa etika dalam bahasa Latin diartikan sebagai Moralis yang berasal dari kata Mores dengan makna adat-istiadat yang realistis bukan teoritis.
12
Soergarda Poerbakawatja
dalam Etika Profesi Hukum (2006)
Etika ialah filsafat mengenai nilai, kesusilaan, tentang baik dan buruk, kecuali etika mempelajari nilai-nilai, ia juga merupakan pengetahuan mengenai nilai-nilai itu sendiri.
13
Sumaryono
1995
Etika berasal dari istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi study tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang menjadi study tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.
14
Suseno
1987
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.
15
WJS. Poerwadarminta
dalam Etika Profesi Hukum (2006)
Etika adalah ilmu pengetahuan mengenai asas-asas akhlak (moral).



Dibawah ini terdapat beberapa pengertian EGOIS diantaranya :
No
Nama
Tahun
Keterangan
1
Edward Bok
-
Ego dan kesombongan sebenarnya adalah “bunga api surgawi” yang ditanamkan dalam diri manusia. Setiap manusia merupakan pribadi yang unik dan tersendiri, dan dorongan yang paling kuat dalam setiap orang adalah untuk menjaga individualitas ini, membela sesuatu yang penting ini terhadap semua musuhnya.
2
Farid Poniman, Indrawan Nugroho dan Jamil Azzaini
dalam buku Kubik Leadership (2007:282)
Egois adalah orang yang hanya memikirkan diri sendiri. Dia tidak peduli pada nasib orang lain. Kecerdasan emosionalnya rendah. Dia tidak disenangi banyak orang. Bila berbicara ia tak peduli dengan perasaan orang lain. Bila ada pembagian sesuatu ia mementingkan dirinya sendiri. Ia tak pernah berpikir bahwa perbuatannya menyebabkan banyak orang yang dirugikan.
3
Giulio Clement Scotti
dalam satire La Monarchic des Solipses
Giulio Clement Scotti melukiskan egois dilihat dari masyarakat/orang-orang yang mencari dirinya sendiri.
4
Hobbes
-
Hobbes membentangkan pandangan mengenai hakikat manusia. Baginya egois adalah tiap individu tidak dapat tidak mencari kepentingannya sendiri.
5
Iskandar Putong
dalam buku Teori Ekonomi Mikro : Konvensional dan Syariah (2015:23)
Egois adalah sikap yang mementingkan diri sendiri dengan mengorbankan atau tidak peduli dengan orang lain.
6
Jenny Teichman
dalam buku Etika Sosial (1998:7)
Egoisme dapat dirumuskan baik dalam arti praktis maupun dalam arti teoritis. Egoisme praktis merupakan perilaku yang diwarnai cinta diri yang sistematik. Egoisme teoritis merupakan teori yang mendasarkan moralitas pada kepentingan diri.
7
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
-
Egoisme adalah tingkah laku yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri daripada untuk kesejahteraan orang lain.
8
Max Stirner
-
Max Stirner memandang Egoisme sebagai tujuan hidup.
9
Rachels
2004
Memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme. Pertama, Egosime Psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (Self Servis). Kedua, Egosime Etis, adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (Self-Interest).
10
Sigmund Freud, Ahli ilmu psikologi
-
Ada beberapa hal yang harus dimengerti, dalam ilmu psikologi seseorang memiliki 3 struktur jiwa. yaitu sebagai id, ego dan superego.
1.     Id merupakan komponen kepribadian manusia yang sudah ada sejak lahir. Menurut Freud, id merupakan komponen utama kepribadian yang mendapatkan dorongan dari prinsip kesenangan, untuk memperoleh kepuasan segera dari semua keinginan, dan kebutuhan. Apabila kebutuhan ini tidak terpuaskan, maka manusia tersebut akan menjadi cemas dan tegang. Ex : rasa lapar atau haus yang harus segera terpuaskan dengan makan atau minum.
2. Ego merupakan komponen kepribadian yang memiliki tanggungjawab dalam menangani perilaku naluriah dengan realitas. Ego ini muncul menangani dorongan id dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan masyarakat, dimana ego akan bekerja karena adanya prinsip realitas. Dengan adanya ego, id akan dipuaskan dengan adanya proses dengan waktu dan tempat yang tepat.
3. Superego menjadi aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang selama ini kita dapat dari masyarakat dan keluarga. Dari superego kita dapat mendapat pedoman dalam membuat penilaian, dimana ada dua system dari superego yaitu ideal dan hati nurani.
BASIS TEORI ETIKA

1.       Teori Utilitarisme
Utilitarisme berasal dari kata Latin utilis yang berarti bermanfaat´. Menurut teori ini, suatu perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi menfaat itu harus menyangkut  bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Menurut suatu  perumusan terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) kriteria untuk menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah  the greatest happiness of the greatest number , kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar.  Terlepas dari daya tariknya, teori utilitarianisme juga mempunyai kelemahan, antara lain: 

a) Manfaat merupakan konsep yang kompleks sehingga penggunaannya sering menimbulkan kesulitan. Masalah konsep manfaat ini dapat mencakup persepsi dari manfaat itu sendiri yang berbeda-beda bagi tiap orang dan tidak semua manfaat yang dinilai dapat dikuantifikasi yang berujung pada persoalan pengukuran manfaat itu sendiri.


b) Utilitarianisme tidak mempertimbangkan nilai suatu tindakan itu sendiri, dan hanya memperhatikan akibat dari tindakan itu. Dalam hal ini utilitarianisme dianggap tidak memfokuskan pemberian nilai moral dari suatu tindakan, melainkan hanya terfokus aspek nilai konsekuensi yang ditimbulkan dari tindakan tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa utilitarianisme tidak mempertimbangkan motivasi seseorang melakukan suatu tindakan.  

c) Kesulitan untuk menentukan prioritas dari kriteria etika utilitarianisme itu sendiri, apakah lebih mementingkan perolehan manfaat terbanyak bagi sejumlah orang atau  jumlah terbanyak dari orang-orang yang memperoleh manfaat itu walaupun manfaatnya lebih kecil.  

d) Utilitarianisme hanya menguntungkan mayoritas. Dalam hal ini suatu tindakan dapat dibenarkan secara moral sejauh tindakan tersebut menguntungkan sebagian  besar orang, walaupun mungkin merugikan sekelompok minoritas. Dengan demikian, utilitarianisme dapat dikatakan membenarkan ketidakadilan, yaitu bagi kelompok yang tidak memperoleh manfaat. 

2. Teori Deontologi  
Deontologi sendiri lebih melepaskan sama sekali moralitas dari konsekuensi  perbuatan. Aliran besar pemikiran etika kedua adalah deontologi. Tokoh besar aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804) (Ludigdo, 2007), sehingga disebut juga sebagai Kantianisme. ´Deontologi´ ( Deontology) berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu : deon yang artinya adalah kewajiban. Dalam suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak menjadi perbuatan itu juga baik. 

3. Teori Hak 
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang  paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Sebetulnya teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan dengan kewajiban. Maka, teori hak pun cocok diterapkan dengan suasana demokratis. Dalam arti, semua manusia dari berbagai lapisan kehidupan harus mendapat perlakuan yang sama. Seperti yang diungkapkan Immanuel Kant, bahwa manusia meruapakan suatu tujuan pada dirirnya (an end in itself). Karena itu manusia harus selalu dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi tercapainya suatu tujuan lain (Bertens, 2000).

4. Teori Keutamaan
Teori tipe terakhir ini adalah teori keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau akhlak seseorang. Dalam etika dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi atas teori-teori etika sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma. Keutamaan bisa didefinisikan sebagai  berikut : disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk  bertingkah laku baik secara moral, misalnya : Kebijaksanaan, Keadilan, Kerendahan hati, Suka bekerja keras. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar