Minggu, 11 Oktober 2015

Cerpen Pelanggaran Etika Oleh Seorang Auditor (Chapter 1)



Pagi hari yang cerah, sinar matahari yang jatuh diatap rumah dan terasa menerobos kain gorden, memantulkan cahaya yang memaksa untuk membuka mata ini. Sesaat setelah terbangun dari tidurku yang lelap, aku membuka gorden dan terduduk memperhatikan aktivitas yang mulai dilakukan masyarakarat sekitar rumahku dari jendela kamar. Pemandangan diluar sana nampaknya tak berubah. Masih seperti hari-hari kemarin. Banyak yang lalu lalang melewati depan rumahku, tujuannya mungkin untuk berangkat ke sekolah, kuliah dan kerja. Ada pula yang berolahraga dengan menggunakan sepeda atau hanya sekedar lari untuk menghirup udara segar di pagi hari. Tidak ada yang berubah. Langit diatas sana masih langit yang sama. Pagi itu seperti biasanya, tidak ada yang istimewa. Tadinya aku ingin memutuskan untuk melanjutkan mimpiku yang terputus namun kenyataanya berkata lain. 

“tok….tok…tok…” Ayah berusaha mengetok pintu kamarku dengan kencang dan berusaha untuk membangunkanku.

“Deeeeeeeeeee, banguuuuuuuuun, udah pagi, sarapan dulu.”

“Iyaaaaaaa yah.” 

Aku pun bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka dan gosok gigi terlebih dahulu kemudian keluar kamar, turun ke bawah karena kebetulan kamarku berada di lantai 2. Ku temui ayah, ibu, kakak dan adik ku telah duduk di meja makan dan menyantap sarapan dengan nikmatnya.
“Deee, kebiasaan deh harus di panggil dulu baru turun dari kamar.” celetuk Putra yang 
merupakan kaka ku.

“Ayah yang terlalu rajin manggil ke kamar nyuruh sarapan tiap pagi, kebetulan aja aku selalu turun sesaat ayah mengetok pintu kamar.” Jawabku dengan santai dan memberi senyum bidadari yang membuat Damar tak senang melihatnya.

“Ka, hari ini masih ga kemana-mana? Anterin aku lagi dong, aku ada kelas pagi nih.” Sambar Ayana disela-sela menikmati sarapannya.

“Es krim ya na, hahaha”

Aku memiliki Ayah yang telah bekerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang Otomotif, Ibu yang setia menunggu suami dan anak-anaknya dirumah. Iya ibuku adalah seorang ibu rumah tangga yang tangguh. Kaka ku Arestha Putra Khansa yang hanya berjarak 3 tahun lebih tua tentunya dariku telah bekerja sebagai illustrator di salah satu percetakan buku terkenal di Jakarta. Dan aku memiliki adik yang cantik namun manja kini masih menjadi mahasiswa tingkat 2 di sebuah Universitas Negeri yaitu Syifa Ayana Khansa. Aku sendiri adalah Dera Khansa Rora yang merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Aku baru saja keluar dari perusahaan lama ku karena masa kontrak kerjaku telah habis. Kini aku pun sedang berusaha mencari pekerjaan baru dengan mengirim CV ke berbagai perusaaan yang sesuai dengan passion-ku. Karena di perusahaan lama aku merasa apa yang aku kerjakan tidak sesuai dengan bidang yang aku pelajari selama mengenyam bangku sekolah dan perkuliahan. Aku sedang berusaha melamar untuk menjadi auditor karena menjadi auditor merupakan cita-cita ku setelah aku mengenal mata kuliah pemeriksaan akuntansi. Saat SMA aku memilih untuk masuk jurusan IPS dan saat kuliah pun aku melanjutkan untuk memilih jurusan Akuntansi. Untuk itu aku ingin sekali ilmu yang telah aku pelajari dulu kini aku terapkan dalam pekerjaan dan hidupku. Kegiatanku saat ini sambil menunggu panggilan kerja yaitu terkadang menjadi tukang ojek untuk mengantar Ayana ke kampus karena kata Ayana “kalo diantar sama kaka kan jadi lebih irit ongkosnya hahaha” berhubung kampus Ayana itu jauh tak ku biarkan Ayana sesuka hatinya meminta aku mengantarnya ke kampus begitu saja, aku sering minta di traktir es krim olehnya, Ayana pun mengiyakan-nya selama dalam tahap yang wajar hahaha kita adik kakak yang merupakan simbiosis mutualisme. Selain mengantar Ayana kegiatan ku saat ini hanya sekedar membantu ibu dirumah dan menikmati hari-hari ku yang libur ini untuk “Me Time” atau sekedar bertemu dengan sahabat-sahabat ku.

“Masih belum ada panggilan juga, De?” Tanya Putra kepada ku.

“Belum Ka, masih belum rejekinya mungkin.”

“Yang aku ceritain ke kamu waktu itu, udah kamu kirim belum CV-nya?”

“Udah ka, aku udah ngirim CV ke berbagai perusahaan termasuk perusahaan yang waktu itu kaka certain.”

“Yaudah berdoa aja De semoga ada panggilan secepatnya ya.”

“Aamiiin ka, aku juga udah mulai bosan dirumah terus hehehe.”

“Ayah bareng aku ga hari ini atau mau pake gojek lagi biar langsung ke kantor?” Tanya Putra ke Ayah.

“Bareng kamu aja, ayah mau lanjut naik busway aja nanti, pegel kalo naik gojek. Ayo ka berangkat nanti ayah telat.”

“Bu, De, Na, kaka berangkat dulu ya sama ayah.” Pamit Putra ke Ibu, aku dan Ayana.

“Hati-hati ka bawa motornya, Ayah pulangnya telepon aja nanti biar dijemput sama Dera di depan.” Jawab ibu.

“Iyaaa, Assalamualaikum.” Ucap Ayah dan Kaka diiringi dengan kepergiaannya menggunakan motor.

“Kaka mandi dulu gih, anterin aku ke kampus hehehe.” Kata Ayana dengan senyum bidadari andalannya itu.

“Masuk jam berapa sih emangnya na?” Aku menjawab dengan cuek. 

“Jam 9 kaka cantik.”

“Telat-telat dikit gapapa kan?”

“Mana gapapa? Kalo dosen-nya udah di dalem kelas aku mana boleh masuk, kuis nih pagi ini.”

“Haha yaudah ini masih jam 7 juga sih na, santaaaaaai.” Lagi-lagi aku menjawab dengan santainya.

“Ih kaka kan kalo mandi lama, buru ka mandi dulu sana. Cepetan ih ka mandi.” Ayana menarik tanganku untuk segera bangun dari tempat duduk ku.

“Yaudah iya bentar lagi ya cantik, ini nasi sarapan tadi belum turun semua ke perut, masih kenyang.”

“Enggak ada hubungannya kaka antara kenyang sama mandi.”

“Ada Ayana, kalo kekenyangan kan jadinya ga bisa gerak banyak, jadi istirahat dulu lah 5 menit lagi.”

“Itu sih kakanya aja yang males gerak. Masa mau jadi auditor tapi males-malesan kaya gini. Gimana nanti mau meriksa laporan keuangan punya orang lain kalo males kaya gini, yang ada kaka yang diperiksa.” Jawab Ayana dengan ketus.

“Nah mulai deh bawa-bawa pekerjaan. Ga di anterin nih.” Jawabku dengan menggodanya.
“Kaaaaaaa ih, ayo buruan mandi.” Tarikan Ayana yang semakin keras memaksaku untuk segera mandi.

“Hahaha iya iya bidadari keluarga Khansa.” Ledek ku kepadanya.

Setelah selesai mandi aku pun mengantarkan adik-ku pergi ke kampusnya. Kami berangkat pukul 07.45 dari rumah. Karena kampus Ayana yang terbilang cukup jauh dari rumah dan jalanan yang selalu macet di pagi hari, meski berangkat menggunakan sepeda motor setidaknya akan menempuh perjalanan selama 1 jam.

“Bu, aku antar Ayana ke kampus dulu ya bu.” Pamitku kepada Ibu.

“Bu, Ayana kuliah dulu ya bu, pinjam putri keduamu untuk mengantarkan ku, hehehe.” Canda Ayana kepada Ibu.

“Iya, kalian hati-hati di jalan.  Dera bawa motornya jangan ngebut-ngebut, nanti anak ibu yang bontot takut terus nangis lagi, kasian kalo nangis ibu belum beliin balon.” Balas ibu untuk candaan Ayana dengan tertawa.

“Hahaha like mother like daughter, udah ah aku berangkat dulu, Assalamualaikum.” Diikuti dengan salam-ku ke tangan ibu, begitu pula dengan Ayana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar