-Curahan
Hati Seorang Anak-
Setelah mengantar Ayana ke
kampus aku kembali lagi ke rumah tanpa mampir kemana-mana karena tidak ada
tempat lain yang aku tuju. Sesampainya di rumah aku pun berbicara dengan ibuku.
“Bu, mengapa hingga detik ini
tidak ada panggilan ya kepadaku?”
“Coba kamu berusaha lebih keras
lagi, apa saja yang sudah kamu lakukan hingga saat ini?”
“Aku sudah mengirim CV ke
berbagai perusahaan, aku sudah menanyakan ke teman-temanku barangkali mereka
memiliki info atau link yang dapat membantuku untuk mendapatkan pekerjaan itu.
Aku pun sudah berusaha mengirimkan CV ku ke perusahaan yang pernah kaka
ceritakan kepadaku.”
“Kaka pernah cerita tentang apa
memangnya kepadamu?”
“Dia memiliki teman yang
bekerja di salah satu KAP yang berada di Jakarta. Dan temannya kaka itu mengatakan bahwa
sedang dibuka lowongan pekerjaan salah satunya adalah bagian auditor. Aku telah
mencoba mengirimkan CV kepada perusahaan itu namun hingga saat ini tidak ada
panggilan juga untukku."
"Cobalah untuk lebih sabar lagi, shalat malam, lebih
dekatkan lagi dirimu dengan ALLAH, mungkin kamu masih belum dekat dengan ALLAH,
kamu aja masih suka kesiangan bangun kalo shalat subuh, masih santai
ketika adzan berkumandang, masih males-malesan membersihkan kamar sendiri, masa
mau jadi auditor tapi sifat kamunya juga kaya gitu, coba perbaiki diri kamu
dulu baru berharap lebih. Tak pernah ada hasil yang mengkhianati proses, De."
"Aduh ibu kalo ngomong suka
bener, iya selama ini aku masih jauh dari ALLAH dan terlalu sibuk
dengan urusan dunia. Insya Allah aku akan mulai berubah secara perlahan, mohon
doa restunya juga ya bu, mudah-mudahan dilancarkan segala urusannya." ucapku dengan rasa haru.
"Orang tua mana yang ga pernah mendoakan
anak-anaknya untuk sukses di jalan yang dipilihnya, tinggal anak-anaknya yang
berusaha lebih giat lagi."
"Aamiin ya Allah, aku sayang ibu." peluk ku
hangat terhadap ibu.
Sesaat setelah mencurahkan hatiku kepada ibu, aku pun
mulai berubah ke arah yang lebih baik lagi sedikit demi sedikit.
-Kabar
Baik-
Sebulan lebih setelah mencurahkan gundah gulana yang kurasakan, aku pun
mulai merasakan perubahan yang terjadi pada diriku. Secara perlahan tapi pasti aku mulai mendapatkan
kegiatan yang dapat mengisi hari-hari ku seperti mengikuti pelatihan
ketenagakerjaan, menjadi bagian dari acara kompetisi
"Accounting" yang dibuat oleh
suatu Univesitas tempat kuliah ku dahulu dan hingga pada akhirnya aku mendapatkan
kabar baik. Sore hari itu ketika aku sedang
membuka laptop, aku mengecek email barang kali ada email yang masuk dari
perusahaan KAP yang memanggilku untuk proses lebih lanjut. Iya harapan itu selalu muncul
dalam benakku dan tak lelah untuk mengecek email setiap harinya. Yang
ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Aku mendapatkan balasan email dari
perusahaan KAP itu. Yang berisi kurang lebih seperti ini.
KAP Arya Saputro & Rekan
Jalan HR.
Rasuna Said, No 49 Jakarta SelatanTelp. (021) 872901
Jakarta Selatan
No. : 234/SA-01/I/12-03- 2014
Hal : Lamaran Pekerjaan
Kepada
Yth. Sdri. Dera Khansa Rora, S.E.
Jl. Jalan
Sultan Iskandar Muda
Jakarta Selatan
Dengan hormat,
Sehubungan dengan surat lamaran Saudara tanggal 12 Maret 2014, untuk pertimbangan
lebih lanjut kami mengharapkan kedatangan Saudara di kantor kami pada:
Hari/tanggal : Senin, 16 April 2014
Jam : 09.00 WIB s.d. selesai
Tempat : KAP Arya Saputro & Rekan Jl. HR. Rasuna Said, No
49 Jakarta Selatan
Pada kesempatan tersebut akan diadakan tes tertulis dan
wawancara. Harap Saudara membawa semua ijazah dan surat-surat keterangan asli
yang diperlukan serta membawa peralatan menulis.
Harap Saudara datang tepat pada waktunya. Bila ternyata
pada waktu yang ditetapkan Saudara belum datang, maka Saudara dianggap
mengundurkan diri.
Atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Fadly Setiwan
Direktur
Hari itu pun tiba. Tepat
tanggal 16April diriku telah siap dengan segala hal yang akan dilalui pada saat
itu. Aku mengikuti segala alur yang diberikan, dan akhirnya aku pun keterima di
perusahaan tersebut. Aku keterima sebagai Auditor di KAP tersebut. Usaha yang
ku tunggu-tunggu pun akhirnya membuahkan hasil. Kata-kata ibu yang tidak aku
lupakan yaitu “ hasil tidak akan pernah mengkhianati proses.” Ya kini aku
merasakan hal itu. Ini memang baru awal dari apa yang akan aku hadapi
selanjutnya. Namun pencapaiaan ini sangat membuatku senang.
Tanpa pikir panjang, aku segera
bergegas menuju pulang ke rumah sesaat setelah dinyatakan keterima di
perusahaan tersebut dan dapat memulai kerja untuk ke esokkan harinya. Aku tak
sabar untuk memberitahu kepada keluargaku terutama kepada Ibu dan kaka ku Putra
yang memberitahuku tentang adanya lamaran di perusahaan ini.
“Assalamualikum, ibuuuuuuuuuu,
kakaaaaaaaaaaa.” Teriaku ketika sampai di rumah.
“Wa’alaikumsalam, ya allah dera
ada apa? Kenapa dateng-dateng teriak begitu? Gimana tadi test-nya?” jawab ibuku
dengan segala pertanyaanya.
“Tau nih si kaka apaan deh
pulang-pulang teriak begitu?” celetuk Ayana dengan ketusnya karena mendengar
teriakanku yang begitu kencang.
“Ka Putra mana? Udah pulang
belum?” Tanyaku balik tanpa menjawab pertanyaa dari ibu maupun Ayana.
“Ka Putra lagi di ruang atas
itu.”
“Ayah mana?”
“Ayah lagi di kamar mandi.”
“Dera ada apa sih? Jangan buat
ibu penasaraan deh der.” Jawab ibuku dengan penasaran.
“Tunggu semuanya dulu kumpul
baru aku kasih tau. Ayo semuanya kumpul di ruang tengah dong.” Jawabku dengan
manja.
“Ka, jangan mulai buat orang
curiga dan penasaran deh. Mulai deh kebiasaan.” Dengan wajah yang tidak santai.
“Tolong panggilin ka Putra sama
Ayah dong yan hehehe.”
“Kaaaaaaa, jangan manja deh.
Panggil sendiri ah.”
“Ya ampun kalian itu kebiasaan
deh, manggil Ayah sama Ka Putra ke atas aja gamau. Udah ibu aja yang panggil
mereke.” Jawab ibu dengan greget karena kami berdua tidak ada yang mau naik ke
lantai atas.
“Ka, sampe hal yang diomongin
garing traktir aku es krim pokonya, aku mau ngelanjutin nonton drama nih lagi
seru-serunya.”
“Iyaaaaa bawel ade Ayana,
bentar dong ko, lagi aku tuh lagi seneng banget tau. Ngertiin dikit dong,
hahaha.”
“Yaudah iya.”
“Eh anak ayah udah pulang aja,
kenapa sih kenapa? Ko sampe kita semua diminta kamu buat ngumpul semua diruang
tengah kaya gini?” Tanya Ayah penasaran.
“Tau nih kak Dera mah kebiasaan
emang yah suka bikin orang penasaran.” Jawab Ayana yang tak kalah penasarannya
dengan Ayah dan Ibuku.
“Kayanya aku tau sesuatu nih
kenapa Dera sampai kaya gini.” Sela Ka Putra dengan wajah yang berseri-seri.
“Ka Putra udah tau?” Tanyaku
kepadanya.
“Sepertinya hehe.”
“Ka Puuuuut stooop, biar aku
aja yang bilang. Hahaha”
“Bilang apa sih ka Dera? Ish
lama deh udah kaya mau pidato.” Ayana mulai kesal karena tak ada jawaban yang
pasti dari semua pertanyaan yang keluar dari mulutnya.
“Ayo Dera, semuanya udah kumpul
ini. Kamu mau cerita apa sekarang?” Tanya ibu yang tak kalah gregetnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar