Pagi hari yang cerah, sinar
matahari yang jatuh diatap rumah dan terasa menerobos kain gorden, memantulkan
cahaya yang memaksa untuk membuka mata ini. Sesaat setelah terbangun dari
tidurku yang lelap, aku membuka gorden dan terduduk memperhatikan aktivitas
yang mulai dilakukan masyarakarat sekitar rumahku dari jendela kamar.
Pemandangan diluar sana nampaknya tak berubah. Masih seperti hari-hari kemarin.
Banyak yang lalu lalang melewati depan rumahku, tujuannya mungkin untuk
berangkat ke sekolah, kuliah dan kerja. Ada pula yang berolahraga dengan
menggunakan sepeda atau hanya sekedar lari untuk menghirup udara segar di pagi
hari. Tidak ada yang berubah. Langit diatas sana masih langit yang sama. Pagi
itu seperti biasanya, tidak ada yang istimewa. Tadinya aku ingin memutuskan
untuk melanjutkan mimpiku yang terputus namun kenyataanya berkata lain.
“tok….tok…tok…” Ayah berusaha
mengetok pintu kamarku dengan kencang dan berusaha untuk membangunkanku.
“Deeeeeeeeeee, banguuuuuuuuun,
udah pagi, sarapan dulu.”
“Iyaaaaaaa yah.”
Aku pun bergegas ke kamar mandi
untuk mencuci muka dan gosok gigi terlebih dahulu kemudian keluar kamar, turun
ke bawah karena kebetulan kamarku berada di lantai 2. Ku temui ayah, ibu, kakak
dan adik ku telah duduk di meja makan dan menyantap sarapan dengan nikmatnya.
“Deee, kebiasaan deh harus di
panggil dulu baru turun dari kamar.” celetuk Putra yang
merupakan kaka ku.
“Ayah yang terlalu rajin
manggil ke kamar nyuruh sarapan tiap pagi, kebetulan aja aku selalu turun
sesaat ayah mengetok pintu kamar.” Jawabku dengan santai dan memberi senyum
bidadari yang membuat Damar tak senang melihatnya.
“Ka, hari ini masih ga
kemana-mana? Anterin aku lagi dong, aku ada kelas pagi nih.” Sambar Ayana
disela-sela menikmati sarapannya.
“Es krim ya na, hahaha”
Aku memiliki Ayah yang telah
bekerja di perusahaan swasta yang bergerak dibidang Otomotif, Ibu yang setia
menunggu suami dan anak-anaknya dirumah. Iya ibuku adalah seorang ibu rumah
tangga yang tangguh. Kaka ku Arestha Putra Khansa yang hanya berjarak 3 tahun
lebih tua tentunya dariku telah bekerja sebagai illustrator di salah satu
percetakan buku terkenal di Jakarta. Dan aku memiliki adik yang cantik namun
manja kini masih menjadi mahasiswa tingkat 2 di sebuah Universitas Negeri yaitu
Syifa Ayana Khansa. Aku sendiri adalah Dera Khansa Rora yang merupakan anak ke
dua dari tiga bersaudara. Aku baru saja keluar dari perusahaan lama ku karena
masa kontrak kerjaku telah habis. Kini aku pun sedang berusaha mencari
pekerjaan baru dengan mengirim CV ke berbagai perusaaan yang sesuai dengan
passion-ku. Karena di perusahaan lama aku merasa apa yang aku kerjakan tidak
sesuai dengan bidang yang aku pelajari selama mengenyam bangku sekolah dan
perkuliahan. Aku sedang berusaha melamar untuk menjadi auditor karena menjadi
auditor merupakan cita-cita ku setelah aku mengenal mata kuliah pemeriksaan
akuntansi. Saat SMA aku memilih untuk masuk jurusan IPS dan saat kuliah pun aku
melanjutkan untuk memilih jurusan Akuntansi. Untuk itu aku ingin sekali ilmu
yang telah aku pelajari dulu kini aku terapkan dalam pekerjaan dan hidupku.
Kegiatanku saat ini sambil menunggu panggilan kerja yaitu terkadang menjadi
tukang ojek untuk mengantar Ayana ke kampus karena kata Ayana “kalo diantar
sama kaka kan jadi lebih irit ongkosnya hahaha” berhubung kampus Ayana itu jauh
tak ku biarkan Ayana sesuka hatinya meminta aku mengantarnya ke kampus begitu
saja, aku sering minta di traktir es krim olehnya, Ayana pun mengiyakan-nya
selama dalam tahap yang wajar hahaha kita adik kakak yang merupakan simbiosis
mutualisme. Selain mengantar Ayana kegiatan ku saat ini hanya sekedar membantu
ibu dirumah dan menikmati hari-hari ku yang libur ini untuk “Me Time” atau
sekedar bertemu dengan sahabat-sahabat ku.
“Masih belum ada panggilan
juga, De?” Tanya Putra kepada ku.
“Belum Ka, masih belum
rejekinya mungkin.”
“Yang aku ceritain ke kamu
waktu itu, udah kamu kirim belum CV-nya?”
“Udah ka, aku udah ngirim CV ke
berbagai perusahaan termasuk perusahaan yang waktu itu kaka certain.”
“Yaudah berdoa aja De semoga
ada panggilan secepatnya ya.”
“Aamiiin ka, aku juga udah
mulai bosan dirumah terus hehehe.”
“Ayah bareng aku ga hari ini
atau mau pake gojek lagi biar langsung ke kantor?” Tanya Putra ke Ayah.
“Bareng kamu aja, ayah mau
lanjut naik busway aja nanti, pegel kalo naik gojek. Ayo ka berangkat nanti
ayah telat.”
“Bu, De, Na, kaka berangkat
dulu ya sama ayah.” Pamit Putra ke Ibu, aku dan Ayana.
“Hati-hati ka bawa motornya,
Ayah pulangnya telepon aja nanti biar dijemput sama Dera di depan.” Jawab ibu.
“Iyaaa, Assalamualaikum.” Ucap
Ayah dan Kaka diiringi dengan kepergiaannya menggunakan motor.
“Kaka mandi dulu gih, anterin
aku ke kampus hehehe.” Kata Ayana dengan senyum bidadari andalannya itu.
“Masuk jam berapa sih emangnya
na?” Aku menjawab dengan cuek.
“Jam 9 kaka cantik.”
“Telat-telat dikit gapapa kan?”
“Mana gapapa? Kalo dosen-nya
udah di dalem kelas aku mana boleh masuk, kuis nih pagi ini.”
“Haha yaudah ini masih jam 7
juga sih na, santaaaaaai.” Lagi-lagi aku menjawab dengan santainya.
“Ih kaka kan kalo mandi lama,
buru ka mandi dulu sana. Cepetan ih ka mandi.” Ayana menarik tanganku untuk
segera bangun dari tempat duduk ku.
“Yaudah iya bentar lagi ya
cantik, ini nasi sarapan tadi belum turun semua ke perut, masih kenyang.”
“Enggak ada hubungannya kaka
antara kenyang sama mandi.”
“Ada Ayana, kalo kekenyangan
kan jadinya ga bisa gerak banyak, jadi istirahat dulu lah 5 menit lagi.”
“Itu sih kakanya aja yang males
gerak. Masa mau jadi auditor tapi males-malesan kaya gini. Gimana nanti mau
meriksa laporan keuangan punya orang lain kalo males kaya gini, yang ada kaka
yang diperiksa.” Jawab Ayana dengan ketus.
“Nah mulai deh bawa-bawa
pekerjaan. Ga di anterin nih.” Jawabku dengan menggodanya.
“Kaaaaaaa ih, ayo buruan
mandi.” Tarikan Ayana yang semakin keras memaksaku untuk segera mandi.
“Hahaha iya iya bidadari
keluarga Khansa.” Ledek ku kepadanya.
Setelah selesai mandi aku pun
mengantarkan adik-ku pergi ke kampusnya. Kami berangkat pukul 07.45 dari rumah.
Karena kampus Ayana yang terbilang cukup jauh dari rumah dan jalanan yang
selalu macet di pagi hari, meski berangkat menggunakan sepeda motor setidaknya
akan menempuh perjalanan selama 1 jam.
“Bu, aku antar Ayana ke kampus
dulu ya bu.” Pamitku kepada Ibu.
“Bu, Ayana kuliah dulu ya bu,
pinjam putri keduamu untuk mengantarkan ku, hehehe.” Canda Ayana kepada Ibu.
“Iya, kalian hati-hati di
jalan. Dera bawa motornya jangan
ngebut-ngebut, nanti anak ibu yang bontot takut terus nangis lagi, kasian kalo
nangis ibu belum beliin balon.” Balas ibu untuk candaan Ayana dengan tertawa.
“Hahaha like mother like
daughter, udah ah aku berangkat dulu, Assalamualaikum.” Diikuti dengan salam-ku
ke tangan ibu, begitu pula dengan Ayana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar