Beberapa pengertian ETIKA menurut para ahli,
diantaranya yaitu :
No
|
Nama
|
Tahun
|
Keterangan
|
1
|
Abdullah
|
dalam buku yang berjudul Pengantar Studi Etika (2006:4)
|
Menjelaskan
arti kata etika berdasarkan etimologinya yang berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang bermakna
kebiasaan atau adat-istiadat.
|
2
|
Aristoteles
|
-
|
Mengemukakan etika kedalam dua pengertian yakni: Terminius
Technicus & Manner and Custom. Terminius Technicus ialah
etika dipelajari sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari suatu problema
tindakan atau perbuatan manusia. Sedangkan yang kedua yaitu, manner and
custom ialah suatu pembahasan etika yang terkait dengan tata cara & adat
kebiasaan yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human nature)
yang sangat terikat dengan arti “baik & buruk” suatu perilaku, tingkah
laku atau perbuatan manusia.
|
3
|
Asmaran
|
dalam Etika
Profesi Hukum (2006)
|
Etika adalah studi mengenai tingkah laku
manusia, tidak hanya menentukan kebenaran-kebenarannya sebagaimana adanya,
tetapi juga menyelidiki manfaat atau kebaikan dari seluruh tingkah laku
manusia.
|
4
|
Bertens
|
dalam Etika seri Filsafat Atma Jaya (1993:4)
|
Memaparkan
pengertian etika dalam
dalam bentuk jamak ta etha yang juga berarti adat kebiasaan.
|
5
|
Dr. James J.
Spillane SJ
|
dalam Etika
Profesi Hukum (2006)
|
Etics
atau etika memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam
pengambilan keputusan moral. Etika mengarah atau menghubungkan penggunaan
akal budi individual dengan objektivitas untuk menentukan kebenaran atau
kesalahan dan tingkah laku seseorang terhadap orang lain.
|
6
|
Drs. H. Burhanudin Salam
|
-
|
Mengungkapkan bahwa etika ialah suatu cabang ilmu filsafat yang
berbicara tentang nilai -nilai dan norma yang dapat menentukan perilaku
manusia dalam kehidupannya.
|
7
|
Drs. O.P. Simorangkir
|
-
|
Menjelaskan bahwa etika ialah pandangan manusia terhadap baik dan
buruknya perilaku manusia.
|
8
|
Drs. Sidi Gajabla
|
-
|
Menjelaskan etika sebagai teori tentang perilaku atau perbuatan
manusia yang dipandang dari segi baik & buruknya sejauh mana dapat
ditentukan oleh akal manusia.
|
9
|
Hamzah Yacub
|
dalam Etika
Profesi Hukum (2006)
|
Etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dan
memperlihatkan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal
pikiran.
|
10
|
Katsoff
|
-
|
Etika sebenarnya
lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip dasar
pembenaran dalam hubungan tingkah laku manusia.
|
11
|
Riady
|
dalam Filsafat
Kuno dan Manajemen Modern (2008:189)
|
Menjelaskan bahwa etika dalam bahasa Latin
diartikan sebagai Moralis yang berasal dari kata Mores dengan makna adat-istiadat yang
realistis bukan teoritis.
|
12
|
Soergarda
Poerbakawatja
|
dalam Etika
Profesi Hukum (2006)
|
Etika ialah filsafat mengenai nilai,
kesusilaan, tentang baik dan buruk, kecuali etika mempelajari nilai-nilai, ia
juga merupakan pengetahuan mengenai nilai-nilai itu sendiri.
|
13
|
Sumaryono
|
1995
|
Etika berasal dari istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau
kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi study tentang
kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan
waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang
menjadi study tentang
kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.
|
14
|
Suseno
|
1987
|
Etika adalah suatu
ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita
mengikuti suatu ajaran moral tertentu atau bagaimana
kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai
ajaran moral.
|
15
|
WJS.
Poerwadarminta
|
dalam Etika
Profesi Hukum (2006)
|
Etika adalah ilmu
pengetahuan mengenai asas-asas akhlak (moral).
|
Dibawah ini terdapat beberapa pengertian EGOIS
diantaranya :
No
|
Nama
|
Tahun
|
Keterangan
|
1
|
Edward Bok
|
-
|
Ego dan kesombongan
sebenarnya adalah “bunga api surgawi”
yang ditanamkan dalam diri manusia. Setiap manusia merupakan pribadi yang
unik dan tersendiri, dan dorongan yang paling kuat dalam setiap orang adalah
untuk menjaga individualitas ini, membela sesuatu yang penting ini terhadap
semua musuhnya.
|
2
|
Farid Poniman,
Indrawan Nugroho dan Jamil Azzaini
|
dalam buku Kubik Leadership (2007:282)
|
Egois adalah orang yang hanya memikirkan diri sendiri. Dia tidak
peduli pada nasib orang lain. Kecerdasan emosionalnya rendah. Dia tidak
disenangi banyak orang. Bila berbicara ia tak peduli dengan perasaan orang
lain. Bila ada pembagian sesuatu ia mementingkan dirinya sendiri. Ia tak
pernah berpikir bahwa perbuatannya menyebabkan banyak orang yang dirugikan.
|
3
|
Giulio
Clement Scotti
|
dalam satire
La Monarchic des Solipses
|
Giulio Clement Scotti melukiskan egois dilihat dari
masyarakat/orang-orang yang mencari dirinya sendiri.
|
4
|
Hobbes
|
-
|
Hobbes membentangkan pandangan mengenai hakikat manusia. Baginya egois
adalah tiap individu tidak dapat tidak mencari kepentingannya sendiri.
|
5
|
Iskandar
Putong
|
dalam buku Teori Ekonomi Mikro : Konvensional dan Syariah (2015:23)
|
Egois adalah sikap yang mementingkan diri sendiri
dengan mengorbankan atau tidak peduli dengan orang lain.
|
6
|
Jenny Teichman
|
dalam buku Etika Sosial
(1998:7)
|
Egoisme dapat dirumuskan baik dalam arti praktis maupun dalam arti
teoritis. Egoisme praktis merupakan perilaku yang diwarnai cinta diri yang
sistematik. Egoisme teoritis merupakan teori yang mendasarkan moralitas pada
kepentingan diri.
|
7
|
Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
|
-
|
Egoisme adalah tingkah laku
yang didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri daripada untuk
kesejahteraan orang lain.
|
8
|
Max Stirner
|
-
|
Max Stirner memandang Egoisme sebagai tujuan hidup.
|
9
|
Rachels
|
2004
|
Memperkenalkan dua konsep
yang berhubungan dengan egoisme. Pertama, Egosime Psikologis, adalah suatu
teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh
kepentingan berkutat diri (Self Servis). Kedua, Egosime Etis, adalah tindakan
yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (Self-Interest).
|
10
|
Sigmund Freud, Ahli ilmu psikologi
|
-
|
Ada beberapa hal yang harus
dimengerti, dalam ilmu psikologi seseorang memiliki 3 struktur jiwa. yaitu
sebagai id, ego dan superego.
1. Id merupakan komponen
kepribadian manusia yang sudah ada sejak lahir. Menurut Freud, id merupakan
komponen utama kepribadian yang mendapatkan dorongan dari prinsip kesenangan,
untuk memperoleh kepuasan segera dari semua keinginan, dan kebutuhan. Apabila
kebutuhan ini tidak terpuaskan, maka manusia tersebut akan menjadi cemas dan
tegang. Ex : rasa lapar atau haus yang harus segera terpuaskan dengan makan
atau minum.
2. Ego merupakan komponen
kepribadian yang memiliki tanggungjawab dalam menangani perilaku naluriah
dengan realitas. Ego ini muncul menangani dorongan id dengan cara yang dapat
diterima oleh lingkungan masyarakat, dimana ego akan bekerja karena adanya
prinsip realitas. Dengan adanya ego, id akan dipuaskan dengan adanya proses
dengan waktu dan tempat yang tepat.
3. Superego menjadi aspek kepribadian yang menampung semua standar
internalisasi moral dan cita-cita yang selama ini kita dapat dari masyarakat
dan keluarga. Dari superego kita dapat mendapat pedoman dalam membuat
penilaian, dimana ada dua system dari superego yaitu ideal dan hati nurani.
|
BASIS
TEORI ETIKA
1. Teori Utilitarisme
Utilitarisme berasal dari kata Latin utilis yang
berarti bermanfaat´. Menurut teori ini, suatu
perbuatan adalah baik jika membawa manfaat, tapi menfaat itu harus menyangkut bukan
saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan. Menurut suatu perumusan
terkenal, dalam rangka pemikiran utilitarisme (utilitarianism) kriteria untuk
menentukan baik buruknya suatu perbuatan adalah the greatest happiness of the greatest number , kebahagiaan terbesar dari
jumlah orang terbesar. Terlepas dari daya tariknya, teori utilitarianisme juga mempunyai
kelemahan, antara lain:
a) Manfaat
merupakan konsep yang kompleks sehingga penggunaannya sering menimbulkan
kesulitan. Masalah konsep manfaat ini dapat mencakup persepsi dari manfaat itu sendiri yang berbeda-beda bagi tiap orang
dan tidak semua manfaat yang dinilai dapat dikuantifikasi yang berujung pada
persoalan pengukuran manfaat itu sendiri.
b) Utilitarianisme tidak mempertimbangkan
nilai suatu tindakan itu sendiri, dan hanya memperhatikan akibat dari tindakan
itu. Dalam hal ini utilitarianisme dianggap tidak
memfokuskan pemberian nilai moral dari suatu tindakan, melainkan hanya terfokus
aspek nilai konsekuensi yang ditimbulkan dari tindakan tersebut. Sehingga dapat
dikatakan bahwa utilitarianisme tidak mempertimbangkan motivasi seseorang
melakukan suatu tindakan.
c) Kesulitan untuk menentukan
prioritas dari kriteria etika utilitarianisme itu sendiri, apakah lebih mementingkan perolehan manfaat
terbanyak bagi sejumlah orang atau jumlah terbanyak dari
orang-orang yang memperoleh manfaat itu walaupun manfaatnya lebih kecil.
d) Utilitarianisme hanya
menguntungkan mayoritas. Dalam hal ini suatu tindakan dapat dibenarkan secara moral sejauh tindakan tersebut menguntungkan
sebagian besar orang, walaupun mungkin merugikan sekelompok
minoritas. Dengan demikian, utilitarianisme dapat dikatakan membenarkan
ketidakadilan, yaitu bagi kelompok yang tidak memperoleh manfaat.
2. Teori Deontologi
Deontologi sendiri lebih melepaskan sama sekali
moralitas dari konsekuensi perbuatan. Aliran besar pemikiran etika kedua
adalah deontologi. Tokoh besar aliran ini adalah Immanuel Kant (1724-1804)
(Ludigdo, 2007), sehingga disebut juga sebagai Kantianisme. ´Deontologi´ (
Deontology) berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu : deon yang artinya
adalah kewajiban. Dalam suatu perbuatan pasti ada konsekuensinya, dalam hal ini
konsekuensi perbuatan tidak boleh menjadi pertimbangan. Perbuatan menjadi baik bukan dilihat dari hasilnya
melainkan karena perbuatan tersebut wajib dilakukan. Deontologi
menekankan perbuatan tidak dihalalkan karena tujuannya. Tujuan yang baik tidak
menjadi perbuatan itu juga baik.
3. Teori Hak
Dalam pemikiran moral dewasa ini barangkali teori hak ini adalah pendekatan yang paling banyak dipakai untuk mengevaluasi
baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku. Sebetulnya
teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi, karena hak berkaitan
dengan kewajiban. Maka, teori hak pun cocok diterapkan dengan suasana
demokratis. Dalam arti, semua manusia dari berbagai lapisan kehidupan harus
mendapat perlakuan yang sama. Seperti yang diungkapkan Immanuel Kant, bahwa
manusia meruapakan suatu tujuan pada dirirnya (an end in itself). Karena
itu manusia harus selalu dihormati sebagai suatu
tujuan sendiri dan tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi
tercapainya suatu tujuan lain (Bertens, 2000).
4. Teori Keutamaan
Teori tipe terakhir ini adalah teori
keutamaan (virtue) yang memandang sikap atau akhlak seseorang. Dalam etika
dewasa ini terdapat minat khusus untuk teori keutamaan sebagai reaksi atas
teori-teori etika sebelumnya yang terlalu berat sebelah dalam mengukur perbuatan dengan prinsip atau norma. Keutamaan
bisa didefinisikan sebagai berikut : disposisi watak yang telah
diperoleh seseorang dan memungkinkan dia untuk bertingkah laku baik
secara moral, misalnya : Kebijaksanaan, Keadilan, Kerendahan hati, Suka bekerja keras.
http://www.academia.edu/8343367/Resume_teori_etika_dan_prinsif_etis_dalam_bisnis
http://www.anneahira.com/arti-egois.htm
http://junierahwanti.blogspot.co.id/2013/12/egois-bukan-kawan-tetapi-lawan_21.html
http://nikenwp.blogspot.co.id/2015/10/gambaran-umum-etika.html
http://www.anneahira.com/arti-egois.htm
http://junierahwanti.blogspot.co.id/2013/12/egois-bukan-kawan-tetapi-lawan_21.html
http://nikenwp.blogspot.co.id/2015/10/gambaran-umum-etika.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar