Sumber |
Namun demikian, jika kita menyimak etika bisnis sebagaimana dipahami dan
dipraktekkan sekarang, tidak bisa disangkal juga, disini kita menghadapi suatu
fenomena baru. Belum pernah dalam sejarah, etika bisnis mendapat perhatian
begitu besar dan intensif seperti sekarang ini. Etika bisnis mencapai status
ilmiah dan akademis dengan identitas sendiri. Bagaimana perkembangan ini dapat
dimengerti? Richard De George mengusulkan untuk membedakan antara ethics in business dan business ethics, antara etika dalam
bisnis dan etika bisnis. Maksudnya dapat dijelaskan sebagai berikut. Etika
selalu sudah dikaitkan dengan bisnis. Sejak ada bisnis, sejak saat itu pula
bisnis dihubungkan dengan etika, sebagaimana etika selalu dikaitkan juga dengan
wilayah-wilayah lain dalam kehidupan manusia deperti politik keluarga,
seksualitas, berbagai profesi, dan sebagainya. Jadi, etika dalam bisnis belum
merupakan suatu bidang khusus yang memiliki corak dan identitas tersendiri. Hal
itu baru tercapai dengan timbulnya “etika bisnis” dalam arti yang sesungguhnya.
Etika dalam bisnis mempunyai riwayat yang sudah panjang sekali, sedangkan umur
etika bisnis masih muda sekali. Kita baru bisa berbicara tentang etika bisnis
dalam arti spesifik setelah menjadi suatu bidang (field) tersendiri, maksudnya suatu bidang intelektual dan akademis
dalam konteks pengajaran dan penelitian di peruguran tinggi. Etika bisnis dalam
arti khusus ini untuk pertama kali timbul di Amerika Serikat dalam tahun
1970-an dan agak cepat meluas ke kawasan dunia lainnya. Dengan memanfaatkan dan
memperluas pemikiran De George ini kita dapat membedakan lima periode dalam
perkembangan etika dalam bisnis menjadi etika bisnis.
1.
Situasi terdahulu
Berabad-abad lamanya etika berbicara pada taraf ilmiah tentang masalah
ekonomi dan bisnis sebgai salah satu topic di samping sekian banyak topic lain.
Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain
meyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan menusia bersama dalam Negara
dan dalam konteks itu mereka membahas juga bagaimana kehidupan ekonomi dan
kegiatan niaga harus diatur. Dalam filsafat dan teologi Abad pertengahan
pembahasan ini dilanjutkan, dalam kalangan Kristen maupun Islam, Topik-topik
moral sekitar ekonomi dan perniagaan tidak luput pula dari perhatian filsafat
(dan teologi) di zaman modern.
Dengan membatasi diri pada situasi di Amerika Serikat selama paro
pertama abad ke-20, De George melukiskan bagaimana di perguruan tinggi masalah
moral di sekitar ekonomi dan bisnis terutama disoroti dalam teologi.
Pada waktu itu di banyak universitas diberikan kuliah agama dimana
mahasiswa mempelajari masalah-masalh moral sekitar ekonomi dan bisnis.
Pembahasannya tentu berbeda, sejauh mata kuliah ini diberikan dalam kalangan
Katolik atau Protestan. Dalam kalangan Katolik, pada umumnya mata kuliah ini
mendalami “Ajaran Sosial Gereja”. Yang dimaksudkan dengannya adalah uraian
sistematis dari ajaran para paus dalam ensiklik-ensiklik social, mulai dengan
ensiklik Rerum Novarum (1891) dari Paus
Leo XIII. Disini disinggung banyak tema yang menyangkut moralitas dalam
kehidupan social-ekonomi seperti hak pekerja atas kondisi kerja yang baik dan
imbalan yang pantas, pentingnya nilai-nilai moral bertentangan dengan suasana
materialitas dan konsumeristis, keadilan social dan upaya memperbaiki taraf
hidup orang miskin, dan sebagainya. Dalam kalangan Protestan, buku teolog
Jerman Reinhold Niebuhr Moral man and
Immoral Society (New York, 1932) menjalankan pengaruh besar atas pengajaran
etika mengenai tema-tema sosio ekonomi dan bisnis di perguruan tinggi mereka.
Dengan demikian di Amerika Serikat selama paro pertama abad ke-20 etika
dalam bisnis terutama dipraktekkan dalam konteks agama dan teologi. Dan
pendekatan ini masih berlangsung terus sampai hari ini, di Amerika Serikat
maupun di tempat lain. Para paus mengeluarkan ensiklik-ensiklik social baru
sampai dengan Sollicitudo Rei Socialis
(1987) dan Centesimus Annus (1991)
dari Paus Yohanes Paulus II. Suatu contoh bagus khusus untuk Amerika Serikat
adalah dokumen pastoral yang dikeluarkan oleh para uskup Amerika Serikat dengan
judul Economic Justice for All. Catholic
Social Teaching and the U.S. Economy (1986).
2.
Masa Peralihan tahun
1960-an
Dalam tahu 1960-an terjadi perkembangan baru yang bisa dlihat sebagai
persiapan langsung bagi ti,bulnya etika bisnis dalam decade berikutnya.
Dasawarsa 1960-an ini di Amerika Serikat (dan dunia Barat pada umumnya)
ditandai oleh pemberontakan terhadap kuasa dan otoritas, revolusi mahasiswa
(mulai di ibukota Prancis bulan Mei 1968), penolakan terhadap establishment (kemapanan). Suasana tidak
tenang ini diperkuat lagi karena frustasi yang dirasakan secara khusus oleh
kaum muda dengan keterlibatan Amerika Serikat dalam perang Vietnam. Rasa tidak
puas ini mengakibatkan demonstrasi-demonstrasi paling besar yang pernah
disaksikan di Amerika Serikat. Secara khusus kaum muda menolak kolusi yang
dimata mereka terjadi antara militer dan industry. Industry dinilai terutama
melayani kepentingan militer. Serentak juga untuk pertama kali timbul kesadaran
akan masalah ekologis dan terutama industri dianggap sebagai penyebab masalah
lingkungan hidup itu dengan polusi udara, air, dan tanah serta limbah beracun
dan sampah nuklir. Pada waktu yang sama timbul juga suatu sikap
anti-konsumeristis. Suasana konsumerisme semakin dilihat sebagai tendensi yang
tidak sehat dalam masyarakat dan diakibatkan oleh bisnis modern antara lain
dengan kampanye periklanan yang sering kali berlebihan. Semua factor ini
mengakibatkan suatu sikap anti bisnis pada kaum muda, khususnya mahasiswa.
Dunia pendidikan menanggapi situasi ini dengan cara berbeda-beda. Salah satu
reaksi paling penting adalah member perhatian khusus kepada social issues dalam kuliah tentang
manajemen. Bebrapa sekolah bisnis mulai dengan mencantumkan mata kuliah baru
dalam kurikulumnya yang biasa diberi nama Business
and Society. Kuliah ini diberikan oleh dosen-dosen manajemen dan mereka
menyusun buku-buku pegangan dan publikasi lain untuk menunjang mata kuliah baru
itu. Salah satu topic yang menjadi popular dalam konteks itu adalah corporate social responsibility (
tanggung jawab social perusahaan). Pendekatan ini diadakan dari segi manajemen
dengan sebagaian melibatkan juga hokum dan sosiologi, tetapi teori etika
filosofis di sini belum dimanfaatkan.
3.
Etika bisnis lahir di Amerika Serikat tahun 1970-an
Etika bisnis sebagai suatu bidang intelektual dan akademis dengan
identitas sendiri mulai terbentuk di Amerika Serikat sejak tahun 1970-an. Jika sebelumnya
etika membicarakan aspek-aspek moral dari bisnis di samping banyak pokok
pembicaraan moral lainnya (etika dalam hubungan dengan bisnis), kini mulai
berkembang etika bisnis dalam arti sebenarnya. Terutama ada dua factor yang member
kontribusi besar kepada kelahiran etika bisnis di Amerika Serikat pada pertengahan
tahun 1970-an. Sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-masalah
etika sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan tepat
atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di Amerika Serikat. Kita akan
memandang dua factor ini dengan lebih rinci.
Jika sebelumya hanya para teolog dan agamawan pada tahap ilmiah
membicarakan masalah-masalah moral dari bisnis, pada tahun 1970-an para filsuf
memasuki wilayah penelitian ini dan dalam waktu singkat menjadi kelompok yang
paling dominan. Beberapa tahun sebelumnya, filsuf-filsuf lain sudah menentukan
etika biomedis (disebut juga : bioetika) sebagai suatu bidang garapan yang
baru. Sebagaian terdorong oleh sukses usaha itu, kemudian beberapa filsuf
memberanikan diri untuk terjun dalam etika bisnis sebagai sebuah cabang etika
terapan lainnya. Bagi filsuf-filsuf bersangkutan sebenarnya langkah ini
merupakan perubahan cukup radikal, karena suasana umum penelitian filsafat pada
saat itu justru jauh dari masalah praktis. Pantas dicatat lagi, dalam
mengembangkan etika bisnis para filsuf cenderung bekerja sama dengan ahli-ahli
lain, khususnya ahli ekonomi dan manejemen. Dengan itu mereka meneruskan
tendensi etika terapan pada umumnya, yang selalu berorientasi multidisipliner. Norman
E. Bowie malah menyebut suatu kerja sama macam itu sebagai tanggal kelahiran
etika bisnis, yaitu konferensi perdana tentang etika bisnis yang
diselenggarakan di Universitas Kansan oleh Philosophy
Departement (Richard De George) bersama College
of Business (joseph Pichler) bulan November 1974. Makalah-makalahnya
kemudian diterbitkan dalam bentuk buku : Ethics,
Free Enterprise, and Public Policy: Essays on Moral Issues in Business
(1978)
Factor kedua yang memacu timbulnya etika bisnis sebagai suatu bidang
studi yang serius adalah krisis moral yang dialami dunia bisnis Amerika pada
awal tahun 1970-an. Krisis moral dalam yang dialami dunia bisnis itu diperkuat
lagi oleh krisis moral lebih umum yang melanda seluruh masyarakat Amerika pada
waktu itu. Sekitar tahun 1970 masih berlangsung demonstrasi-demonstrasi besar
melawan keterlibatan Amerika dalam perang Vietnam. Karena perkembangan perang
ini, banyak orang mulai meragukan kredibilitas pemerintah federal di Washington
dan para politisi pada umumnya. Krisis moral ini menjadi lebih besar lagi
dengan menguaknya “Watergate Affair” yang akhirnya memaksa Presiden Richard Nixon
mengundurkan diri (pertama kali dalam sejarah Amerika). Dilatarbelakangi krisis
moral yang umum itu, dunia bisnis Amerika tertimpa oleh krisis moral yang
khusus. Pada awal tahun 1970-an terjadi beberapa skandal dalam bisnis Amerika,
di mana pebisnis berusaha menyuap politisi atau member sumbangan illegal kepada
kampanye politik. Yang mendapat publisitas paling luas antara skandal-skandal
bisnis ini adalah “Lockheed Affair”, kasus korupsi yang melibatkan perusahaan
pesawat terbang Amerika yang terkemuka ini. Kasus korupsi dan komisi seperti
itu mengakibatkan moralitas dalam berbisnis semakin dipertanyakan. Masyarakat mulai
menyadari bahwa ada suasana kurang sehat dalam dunia bisnis dan bahwa krisis
moral itu segera harus diatasi.
Sebagaian sebagai reaksi atas terjadinya peristiwa-peristiwa tidak etis
ini pada awal tahun 1970-an dalam kalangan pendidikan Amerika dirasakan
kebutukan akan refleksi etika di bidang bisnis. Salah satu usaha khusus adalah
menjadikan etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum perguruan tinggi
yang mendidik manajer dan ahli ekonomi. Keputusan ini ternyata berdampak luas. Jika
etika bisnis menjadi suatu mata kuliah tersendiri, harus ada dosen, buku
pegangan dan bahan pengajaran lainnya, pendidikan dosen etika bisnis haru
diatur, komunikasi ilmiah antara para ahli etika bisnis harus dijamin dengan
dibukanya organisasi profesi serta jurnal ilmiah, dan seterusnya. Misalnya,
Norman E. Bowie, sekretaris eksekutif dari American
Philosophical Association, mengajukan proposal kepada National Endowment for the Humanities (dari Kementerian Pendidikan
Amerika) guna menyusun pedoman untuk pengajaran kuliah etika bisnis. Kelompok yang
yang terdiri atas beberapa filsuf, dosen sekolah bisnis, dan praktisi bisnis
ini diberi nama Commeittee for Education
in Business Eyhics dan membutuhkan
tiga tahun untuk menyelesaikan laporannya pada akhir tahun 1980. Dengan demikian
dipilihnya etika bisnis sebagai mata kuliah dalam kurikulum sekolah bisnis
banyak menyumbang kepada perkembangannya kea rah bidang ilmiah yang memiliki
identitas sendiri.
4. Etika bisnis meluas ke Eropa tahun 1980-an
Di
Eropa Barat etika bisnis sebagai ilmu baru mulai berkembang kira – kira sepuluh tahun kemudian , mula – mula di inggris yang
secara geografis maupun kultural
paling dekat dengan Amerika Serikat, tetapi tidak lama kemudian juga negara – negara Eropa Barat lainnya. Semakin banyak fakultas
ekonomi atau sekolah bisnis di
Eropa mencantumkan mata kuliah etika bisnis dalam kurikulumnya, sebagai mata kulah pilihan ataupun wajib di tempuh. Sepuluh tahun
kemudinan sudah tedapat dua belas
profesor etika bisnis pertama di universitas – Universitas Eropa. Pada tahun 1987 didirikan European Business Ethich Network (EBEN)
yang bertujuan menjadi forum
pertemuan antara akademisi dari universitas serta seklah bisnis , para pengusaha dan wakil –wakil organisasi nasional dan
internasional 9seperti misalnya serikat
buruh). Konferensi EBEN yang pertama berlangsung di Brussel (1987). Konferensi kedua di Barcelona (1989) dan selanjutnya
ada konferensi setiap tahun : milano
(1990), London (1991), Paris (1992), Sanvika , noewegia (1993), St. Gallen Swis (1994), Breukelen , Belanda (1995), Frankfurt (1996). Sebagaian bahan konferensi – konferensi itu telah diterbitkan dalam bentuk buku.
5.
Etika bisnis menjadi fenomena global tahun 1990-an
Dalam
dekade 1990-an sudah menjadi jelas ,etika bisnis tidak terbatas lagi pada dunia barat. Kini etika bisnis dipeajari,
diajarkan dan dikembangkan di seluruh dunia,
kita mendungar tentang kehadiran etika bisnis amerika latin, eropa timur, apalagi sejak runthnya komunisme disana sebagai sistem
politik dan ekonomi. Tidak mengherankan
bila etika bisnis mendapat perhatian khusus di negara yang memiliki ekonomi yang paling kuat di luar dunia barat. Tanda
bukti terakhir bagi sifat gllobal etika
bisnis adalah telah didirikannya international society for business management economis and ethics (ISBEE).
Profil
Etika Bisnis Dewasa Ini
Kini etika bisnis mempunyai status imiah yang serius.
Ia semakin diterima di antara ilmu – ilmu yang sudah mapan dan memiliki ciri – ciri yang biasanya
menandai sebuah ilmu. Tentu saja masih banyak harus dikerjakan. Etika bisnis harus
bergumul terus untuk membuktikan diri sebagai disiplin ilmu yang dapat disegani.
Disini kami berusaha menggambarkan beberapa pertanda yang menunjukan setatus itu cukup meyakinkan, sekaligus
kami mencoba melukiskan profil ilmiah dari etika bisnis sebagaimana
tampak sekarang.
· Praktis di segala kawasan etika bisnis diberikan
sebagai mata kuliah di perguruan tinggi.
· Banyak sekali publikasi diterbitkan etika bisnis. Pada
tahun 1987 De George menyebut adanya paling sidikit 20 buku pegangan tentang etika bisnis dan 10
buku kasus Amerika Serikat.
· Sudah ada cukup banyak jurnal ilmiah khusus tentang
etika bisnis, munculnya jurnal merupakan suatu gejala penting yang menunjukan tercapainya
kematangan ilmiah bagi bidang yang bersangkutan.
Sumber : Bertens, Kees. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI) (Link)
http://www.slideshare.net/ahmadfajarjabrik/isi-makalah-etika-bisnis
http://dokumen.tips/education/makalah-etika-bisnis-sejarah-dan-perkembangan-etika-bisnis.html
http://dokumen.tips/education/makalah-etika-bisnis-sejarah-dan-perkembangan-etika-bisnis.html
http://irsalputra.blogspot.co.id/2014/01/perkembangan-terakhir-dalam-etika.html
http://caesaryudhasena.blogspot.co.id/2013/12/perkembangan-dalam-etika-bisnis.html
http://caesaryudhasena.blogspot.co.id/2013/12/perkembangan-dalam-etika-bisnis.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar