Pengertian dan Kegunaan Paragraf
Paragraf merupakan kesatuan atau kebulatan pikiran yang dibentuk dengan beberapa kalimat yang berhubungan, atau karangan mini yang didalamnya terdapat satu pikiran utama ditambah dengan beberapa pikiran penjelasan. Sebuah paragraf mungkin terdiri atas sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari dua buah kalimat. Bahkan, sering kita temukan bahwa suatu paragraf berisi lebih dari lima buah kalimat. Walaupun paragraf itu mengandung beberapa kalimat, tidak satu pun dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan soal lain. Seluruhnya memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnya bertalian erat dengan masalah itu.
Contoh sebuah paragraf :
Sampah
selamanya selalu memusingkan. Berkali-kali masalahnya diseminarkan dan
berkali-kali pula jalan pemecahannya dirancang. Namun,
keterbatasan-keterbatasan yang kita miliki tetap menjadikan sampah sebagai
masalah yang pelik. Pada waktu seminar-seminar itu berlangsung, penimbunan
sampah terus terjadi. Hal ini mengundang keprihatinan kita karena masalah
sampah banyak sedikitnya mempunyai kaitan dengan masalah pencemaran air dan
banjir. Selama pengumpulan, pengangkutan, pembuangan akhir, dan pengolahan
sampah itu belum dapat dilaksanakan dengan baik, selama itu pula sampah menjadi
masalah.
Kegunaan paragraf :
1. Untuk
menandai pembukaan topik baru, atau lebih lanjut topik sebelumnnya.
2. Mengekspresikan
gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam
serangkaian kalimat yang tersusun secara logis, dalam suatu kesatuan.
3. Memudahkan
pengorganisasian gagasan bagi penulis, dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya.
4. Memudahkan
pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih
kecil.
5. Memudahkan
pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.
Kerangka Paragraf :
·
Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
·
Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
· Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.
Pembagian Paragraf
Berdasarkan tujuan dan tempatnya :
Berdasarkan
tujuan dan tempatnya, paragraf dibedakan menjadi 3 yaitu :
1. Paragraf
pembuka, dengan ciri-cirinya :
·
Sebagai pengantar
·
Menjelaskan tujuan
·
Menarik minat dan perhatian pembaca
·
Penyiapan pikiran pembaca kepada masalah yang akan
diuraikan
·
Pendek, supaya tidak membosankan
2. Paragraf
penghubung dengan ciri-cirinya :
·
Terletak diantara pembuka dan penutup
·
Berisi inti persoalan yang akan dikemukakan
·
Berisi analisis masalah atau inti persoalan
·
Sering terdapat paragraf transisi
·
Antara paragraf dengan paragraf harus berhubungan
secara logis
·
Uraian paling panjang
3. Paragraf
penutup dengan ciri-cirinya :
·
Mengakhiri sebuah karangan / wawancara
·
Berisi kesimpulan, penegasan dari paragraf penghubung
·
Pendek
Berdasarkan pola penalaran
1. Paragraf
deduktif
Paragraf deduktif dimulai
dari pernyataan yang umum ke khusus. Paragraf deduktif menampilkan kalimat
utama atau kalimat topik pada awal paragraf, kemudian kalimat utama itu diikuti
oleh kalimat-kalimat lain sebagai pengembangnya.
Contohnya :
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya
sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah
menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka
usaha baru.
2. Paragraf
induktif
Kalimat utama pada paragraf
induktif ditempatkan pada akhir paragraf. Dengan demikian struktur paragraf ini
dimulai dengan beberapa kalimat penjelas terlebih dahulu, kemudian mencapai klimaks
pada kalimat utamanya. Oleh karena itu, paragraf induktif merupakan paragraf
yang penalarannya berawal pada yang khusus atau yang spesifik dan berakhir pada
yang umum. Paragraf jenis ini cocok
sekali untuk mengemukakan suatu argumentasi.
Contohnya :
Banyak pedagang kaki lima yang entah bagaimana
awalnya, seperti mengelompokkan diri hanya dengan menjual jenis barang tertentu
di sebuah trotoar tertentu. Selanjutnya, tampillah trotoar tersebut sebagai
etalase khusus. Bahkan, banyak barang khas trotoar terkenal di Jakarta yang
tidak bisa dijumpai di toko-toko resmi. Dari suasana tersebut ternyata banyak
trotoar yang akhirnya menjadi terkenal karena penampilanya yang khas.
Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis,
yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.
a. Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa
fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:
Setelah karangan anak-anak
kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai
delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan
tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan
anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
Yang menjadi penjelasannya di atas
adalah:
1. Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex,
Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
2. Peristiwa khusus itu kita
hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
3. Kesimpulan atau pendapat yang kita
peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
4. Kesimpulan bahwa anak kelas tiga
cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak
lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai
enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua
anak kelas tiga pandai mengarang.
Berdasarkan bentuk dan pola pengembangannya paragraf
generalisasi juga dapat dibagi dalam 2 jenis bentuk paragraf generalisasi,
yaitu :
·
Loncatan Induktif
Paragraf generalisasi yang bentuknya loncatan induktif
adalah paragraf yang tetap bertolak dari beberapa fakta namun fakta yang ada
belum bisa mencerminkan seluruh fenomena yang terjadi. Tapi fakta itu dianggap
mewakili sebuah persoalan oleh penulis. Generalisasi jenis ini sangatlah lemah
karena dasar faktanya belum bisa mencerminkan seluruh fenomena.
·
Tanpa Loncatan Induktif
Paragraf generalisasi yang berbentuk tanpa loncatan
induktif merupakan paragraf generalisasi yang memberikan cukup banyak fakta dan
lengkap sehingga bisa mewakili keseluruhan. Paragraf ini sangat baik karena
kebenarannya dapat dipercaya karena menggunakan fakta yang lengkap.
b.
Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi
perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan
bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula
dalam bidang yang lain. Contoh:
Alam semesta berjalan dengan
sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang
berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin
yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu
ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi
sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang
sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya.
Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada
ciptaan-ciptaan-Nya itu.
Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin
dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis
berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat
sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta
alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.
c.
Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan
fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika
hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit
kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab,
dan akibat- akibat.
3. Paragraf
deduktif – induktif
Paragraf deduktif – induktif
merupakan paragraf yang kalimat utamanya pada awal paragraf diulang pada akhir
paragraf. Oleh karena itu, penalaran pada paragraf deduktif-induktif berawal
dari pernyataan yang umum, kemudian diperjelas dengan khusus, lalu kembali ke
yang umum.
Contohnya :
Seorang anak perlu
menyenangi dan menikmati kegiatan kreatif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menganjak si anak melakukan kegiatan tersebut bersama-sama orang tua atau
pendidik. Kegiatan seperti ini sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Semangat dan
kegembiraan orang tua dan pendidik dalam melakukan hal-hal kreatif akan menular
pada si anak. Jadi, ia pun akan menyenangi dan menikmati kegiatan kreatif itu.
Berdasarkan Coraknya :
1. Paragraf Paparan
(Eksposisi)
Paparan (eksposisi)
merupakan corak tulisan yang bertujuan menginformasikan, menerangkan, dan
menguraikan suatu gagasan. Paragraf eksposisi yang baik harus dapat memberikan
tambahan pengertian dan pengetahuan pembacanya. Oleh karena itu paragraf
eksposisi harus akurat, jelas dan singkat.
Contohnya :
Sejak zaman dahulu, nenek
moyang kita telah mengenal tanaman lidah buaya beserta manfaatnya bagi manusia.
Manfaat lidah buaya tidak hanya sebagai penyubur rambut, tapi juga bermanfaat
bagi kesehatan. Tumbuhan tanpa buah ini memiliki ciri fisik sebagai berikut:
daun berbentuk panjang dengan duri kedua sisi daunnya, tebal, dan berwarna
hijau. Daunnya mengandung serat bening sebagai daging. Meskipun lidah buaya
sejak dahulu dikenal memiliki banyak khasiat, belum banyak yang mengetahui
bahwa tanaman ini bisa menjadi komoditas yang menguntungkan. Menariknya,
komoditas ini tidak hanya bermanfaat sebagai ramuan penyubur rambut, tapi juga
sebagai minuman yang menyehatkan seperti teh lidah buaya yang terbuat dari daun
lidah buaya yang dikeringkan dan kuliner seperti: kerupuk dan jelly lidah
buaya.
2. Paragraf Argumentasi
Argumentasi merupakan corak
tulisan yang bertujuan membuktikan pendapat penulis meyakinkan atau
mempengaruhi pembaca agar menerima pendapatnya. Argumentasi berbeda dari
eksposisi. Jika eksposisi bertujuan menjelaskan sesuatu kepada pembaca,
argumentasi berusaha meyakinkan pembaca.
Contohnya :
Bahasa indonesia selalu
mengharapkan adanya persatuan perlu memlihara alat pemersatu, alat yang di
gunakan untuk berkomunikasi, yaitu bahasa indonesia. Cara memlihara bahasa
indonesia adalah membina bahasa itu dengan sebaik-baiknya dan penuh rasa
tanggung jawab, persatuan di antara bangsa indonesia pun pasti terwujud.
3. Paragraf Deskripsi
Pelukisan atau deskripsi
merupakan gaya atau corak tulisan yang bertujuan menggambarkan sejelas-jelasnya
suatu objek. Pembaca atau pendengar seolah-olah berada di dalam suatu ruangan
dan dapat mencium, mendengar, meraba, merasakan dan melihat segala sesutau yang
terdapat di dalamnya. Oleh karena itu, paragraf deskriptif dapat dikatakan lebih
menekankan pada dimensi ruang.
Contohnya :
Masih melekat di mataku,
pemandangan indah nan elok pantai Swarangan. Gelombang ombak yang tidak terlalu
besar datang bergulung silih berganti menyambut siapapun yang datang seakan
ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan pasir putih lembut yang terhampar
luas tanpa ada karang yang menghalangi membuatku ingin kembali lagi. Sejauh
mata memandang yang kulihat hanya laut yang terbentang luas dan biru. Kurasakan
dingin membasuh kakiku karena ombak yang terus-menerus menghempas kakiku dan
terasa asin ketika air laut itu menyentuh bibirku karena percikannya.
Disepanjang bibir pantai kulihat wisatawan beserta keluarga dan teman-teman
mereka berkumpul membentuk suatu kelompok kecil untuk menikmati keindahan
pantai Swarangan. Tidak jauh dari tempat itu aku juga melihat beberapa
wisatawan berkejar-kejaran di bibir pantai, bermain bola, bermain dengan air,
atau berfoto-foto dengan latar belakang pantai. Meskipun tak seramai dengan
pantai-pantai yang sudah terkenal di kancah nasional maupun internasional
pantai ini tak pernah surut oleh wisatawan yang datang.
4. Paragraf Kisahan
(Narasi)
Kisahan atau narasi
merupakan gaya atau corak tulisan yang bertujuan menceritakan rangkaian
peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembanganya dari waktu ke
waktu. Paragraf narasi itu dimaksudkan untuk memberi tahu pembaca atau
pendengar tentang apa yang telah diketahui atau apa yang telah dialami oleh
penulisnya.
Contohnya :
Matahari belum lagi terik.
Kota jombang belum bangkit benar. Jam baru menunjukan jam tujuh lebih dua puluh
menit. Saat itu adalah saat yang tepat disebut sebagai saat berdarah.
Detik-detik yang paling dramatis dan tragis dalam sejarah kecelakaan bus
indonesia. Hari selasa yang muram itu, ratusan orang bertumpang tindih tertimpa
oleh besi-besi ragangan bus. Laki-laki, perempuan, dewasa dan anak-anak mati
seketika. Kepalanya terlepas, isi perutnya terbursi, tubuhnya terselip dan
terjepit diantara besi. Setelah berjam-jam peristiwa itu terjadi, suasana
didaerah jombang semakin menyayat. Suara menjerit, merintih, menangis, dan
minta tolong terus saja terdengar.
5. Paragraf Persuasi ialah suatu bentuk karangan yang bertujuan membujuk pembaca agar mau berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan penulisnya. Agar tujuannya dapat tercapai, penulis harus mampu mengemukakan pembuktian dengan data dan fakta.
Ciri-ciri paragraf persuasi, yaitu:
1. Persuasi berasal dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
2.
Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.
3.
Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui
kepercayaan antara penulis dengan pembaca.
4. Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang
dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai.
5.
Persuasi memerlukan fakta dan data.
Contoh paragraf persuasi:
Masyarakat Hindu di Bali
memiliki upacara kematian yang sangat unik dan memiliki daya tarik tersendiri
untuk wisatawan asing maupun lokal. Ritual unik ini disebut dengan ngaben. Ngaben adalah ritual atau upacara pembakaran mayat sebagai simbol
penyucian roh orang yang sudah meninggal. Karena dalam pelaksanaannya
membutuhkan berbagai perlengkapan dengan biaya yang cukup besar, maka tidak
semua orang telah meninggal bisa langsung di aben. Jenazah yang belum di aben
biasanya akan dikubur terlebih dahulu sambil menunggu semua perlengkapan ngaben
telah siap dan lengkap. Jika ingin melihat ritual pembakaran mayat yang sangat
unik ini, tidak ada salahnya anda berkunjung ke Provinsi Bali karena Upacara
Ngaben dilakukan oleh hampir seluruh masyarakat Hindu di Bali.
Pembentukan dalam paragraf memiliki
syarat-syarat, diantaranya :
A. Kesatuan
pikiran, yakni :
·
Tiap paragraf mengandung satu pikiran atau gagasan
(tema)
·
Fungsi paragraf mengembangkan tema
·
Tidak boleh ada kalimat yang tumbang
·
Semua kalimat mengembangkan
·
Mendukung atau menjelaskan satu pikiran pokok
Kalimat-kalimat
yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun
kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf. Jika ada kalimat yang
menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan,
tidak utuh. Kalimat yang menyimpang itu harus dikeluarkan dari paragraf.
Perhatikan paragraf dibawah ini.
Jateng sukses. Kata-kata ini meluncur
gembira dari pelatih regu Jateng setelah selesai pertandingan final Kejurnas
Tinju Amatir, Minggu malam, di Gedung Olahraga Jateng, Semarang. Kota semarang
terdapat di pantai utara Pulau Jawa, ibu kota Provinsi Jateng. Pernyataan itu
dianggap wajar karena apa yang diimpikan selama ini dapat terwujud, yaitu satu
medali emas, satu medali perak, dan satu medali perunggu. Hal itu ditambah lagi
oleh pilihan petinju terbaik yang jatuh ke tangan Jateng. Hasil yang diperoleh
itu adalah prestasi paling tinggi yang pernah diraih oleh Jateng dalam arena
seperti itu.
Dalam
paragraf itu kalimat ketiga tidak menunjukkan keutuhan paragraf karena
merupakan kalimat yang sumbang atau keluar dari permasalahan yang dibicarakan.
Oleh sebab itu, kalimat tersebut harus dikeluarkan dari paragraf.
B. Kepaduan
atau kohersi, yakni :
Kepaduan
paragraf dapat terlihat melalui penyususnan kalimat secara logis dan melalui
ungkapan-ungkapan (kata-kata) pengait antar kalimat. Urutan yang logis akan
terlihat dalam susunan kalimat-kalimat dalam paragraf itu.
C. Urutan isi,
yang terdiri dari :
·
Pikiran utama-penjelas
·
Kronologis
·
Sebab-akibat / akibat-sebab
·
Umum-khusus / khusus-umum
·
Proses
·
Urutan ruang / spatial
·
Analogi
·
Perbandingan
·
Pemecah masalah
D. Kelengkapan
Berisi
kalimat-kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan topik atau
kalimat utama.
Sumber :
Arifin, E. Zaenal, S. Amran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa
Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Dewi, Ponco. 2013. Bahan Ajar Aplikasi Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Negeri Jakarta.
Hs,
Widjono. 2007. Bahasa Indonesia Mata
Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT Grasindo. (link)
Wikibooks.
(2014, 16 April). Subjek:Bahasa Indonesia/Materi:Paragraf.
http://id.wikibooks.org/wiki/Subjek:Bahasa_Indonesia/Materi:Paragraf di akses 2014/04/19